Bagi banyak endosister, minum obat hormonal jangka panjang bisa terasa menakutkan. Kekhawatiran ini valid, tapi jangan sampai bikin kita mengabaikan solusi yang bisa membuat kualitas hidup jauh lebih baik. Yuk, kita unboxing rasa takut ini dan lihat fakta di balik terapi hormonal.
1. Takut Efek Samping
Kekhawatiran ini sering muncul karena reputasi buruk obat hormonal dan kontrasepsi bagi perempuan, plus panjangnya lembar peringatan kontraindikasi. Memang benar, ada kemungkinan efek samping jangka pendek maupun panjang. Namun, sebagian besar efek samping bisa dicegah atau dikelola:
- Studi observasional di Korea menunjukkan bahwa meskipun ada efek samping, mayoritas pasien tetap melanjutkan terapi dengan penyesuaian dosis atau pergantian jenis hormon (Observational Study for Adverse Effects and Discontinuation with Long-Term Post-Operative Hormonal Treatment for Endometriosis, DOI: 10.7180/kmj.2021.36.2.116).
- Review terbaru menekankan profil keamanan obat hormonal, sekaligus memberi panduan pemilihan terapi sesuai kondisi dan tolerabilitas pasien (Hormonal drugs for the treatment of endometriosis, DOI: 10.1016/j.coph.2022.102311).
- Contoh lain nya adalah pemberian Vitamin D dosis tinggi bersamaan dengan terapi hormonal untuk mencegah risiko efek samping penurunan kepadatan tulang.
Singkatnya, kemungkinan efek samping ada, tapi bisa dimitigasi dengan konsultasi rutin, pemilihan obat yang tepat, bahkan penambahan suplemen.
2. Takut Obat Keras
Di Indonesia, sebagian besar obat hormonal dikategorikan sebagai “obat keras”. Ini wajar bikin orang ngeri, apalagi kalau harus diminum terus-menerus. Tapi dibandingkan obat anti-nyeri, beberapa hormonal seperti dienogest justru aman untuk penggunaan jangka panjang. Tujuannya: mengendalikan pertumbuhan jaringan endometriosis, mengurangi nyeri, dan meningkatkan kualitas hidup (Sumber: Hormonal treatments for endometriosis: The endocrine background, PMC9156507).
Dienogest, misalnya, terbukti aman untuk penggunaan jangka panjang hingga 9 tahun, dengan efek samping yang umumnya ringan dan bisa dikontrol (Sumber: Evaluation of long-term efficacy and safety of dienogest in patients with chronic cyclic pelvic pain associated with endometriosis, 10.1007/s00404-023-07271-7).
3. Takut Harus Minum Obat Seumur Hidup
Minum obat tiap hari kadang terasa seperti menelan pahitnya kenyataan, seperti pengingat harian bahwa tubuh sedang sakit. Rasa terjebak itu normal. Namun, mindset bisa diganti: setiap dosis adalah bentuk self care untuk tubuhmu. Banyak endosister yang berhasil terapi hormonal dan kini hidup bebas nyeri serta lebih produktif.
Pindahkan Fokus ke Keberhasilan
Memahami risiko itu penting, tapi jangan sampai mengabaikan potensi keberhasilan. Banyak pasien yang menjalani terapi hormonal dan merasakan kualitas hidup membaik secara signifikan. Efek samping dapat diminimalkan, sementara manfaat jangka panjang seperti pengurangan nyeri kronis sangat nyata.
Kita semua di komunitas ini tentu berharap ada alternatif lain yang aman, terbukti secara klinis, dan efektif untuk menangani endometriosis. Sambil menunggu hal itu terwujud, terapi hormonal tetap menjadi pilihan terbaik yang kita miliki, mari manfaatkan sebaik mungkin, pantau gejala secara rutin, dan konsultasikan setiap langkah dengan tenaga medis.
Jadi, tanya lagi pada diri sendiri: apa lebih menakutkan, nyeri endometriosis atau efek samping obat? Atau keduanya? Hehe.
Referensi:
- Vannuccini S, Clemenza S, Rossi M, Petraglia F. Hormonal treatments for endometriosis: The endocrine background. Rev Endocr Metab Disord. 2022 Jun;23(3):333-355. doi: 10.1007/s11154-021-09666-w. Epub 2021 Aug 17. PMID: 34405378; PMCID: PMC9156507.
- Maiorana A, Maranto M, Restivo V, Gerfo DL, Minneci G, Mercurio A, Incandela D. Evaluation of long-term efficacy and safety of dienogest in patients with chronic cyclic pelvic pain associated with endometriosis. Arch Gynecol Obstet. 2024 Feb;309(2):589-597. doi: 10.1007/s00404-023-07271-7. Epub 2023 Nov 29. PMID: 38019280; PMCID: PMC10808538.
- Kim, I. H., Yoon, H., Lee, H. J., Noh, H. K., Joo, J. K., & Kim, K. H. (2021). Observational study for adverse effects and discontinuation with long-term post-operative hormonal treatment for endometriosis in real-world practice. Kosin Medical Journal, 36(2), 116–124. https://doi.org/10.7180/kmj.2021.36.2.116
- Capezzuoli, T., Rossi, M., La Torre, F., Vannuccini, S., & Petraglia, F. (2022). Hormonal drugs for the treatment of endometriosis. Current Opinion in Pharmacology, 67, 102311. https://doi.org/10.1016/j.coph.2022.102311