Bolehkah Menikah Kalau Masih Sakit Endometriosis?

“Kalau aku masih sakit begini, boleh nggak sih menikah? Haruskah aku nunggu sembuh dulu?”

Pertanyaan ini datang dari seorang endosister di Instagram. Singkat, tapi kompleks. Mungkin banyak endosister lain yang juga pernah menanyakannya dalam hati. Mungkin saat melihat orang lain satu per satu menikah, atau saat duduk berdua dengan pasangan, mencoba menjelaskan rasa sakit yang bahkan sulit digambarkan.

Pertanyaan ini bukan soal boleh atau tidak, namun tentang keraguan, ketakutan, dan harapan. Tentang merasa “kurang layak”, takut menjadi beban, atau bingung apakah ada orang yang bisa menerima endosister dengan segala rasa nyeri, perubahan emosi, dan ketidakpastian yang datang bersama endometriosis.

Kabar baiknya: endometriosis tidak mencabut hak siapa pun untuk mencintai dan dicintai. Jawabannya bukan sekadar “ya” atau “tidak” karena yang terpenting bukanlah kondisi medis semata, tapi kesiapan, pemahaman, dan kualitas hubungan yang dibangun bersama.

Memahami Endometriosis dan Dampaknya dalam Kehidupan

Endometriosis adalah kondisi kronis di mana jaringan mirip endometrium tumbuh di luar rahim. Gejalanya bisa sangat bervariasi antar individu: mulai dari nyeri haid hebat, nyeri saat berhubungan intim, kelelahan ekstrem, gangguan pencernaan, hingga kesulitan hamil.

Yang sering terlupakan adalah: dampaknya tidak hanya fisik. Endometriosis juga bisa memengaruhi kesehatan mental, kepercayaan diri, dan relasi dengan orang terdekat. Banyak endosister merasa kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri dan ini bukan hal yang sepele.

Perlu diingat bahwa hingga saat ini, belum ada “obat sembuh total” untuk endometriosis. Namun ada banyak cara untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup, baik lewat terapi hormonal, operasi, perubahan gaya hidup, hingga dukungan psikologis.

Menikah dengan Endometriosis: Apakah Bisa?

Jawaban singkatnya: bisa.

Secara medis, tidak ada larangan bagi pengidap endometriosis untuk menikah. Tapi tentu, keputusan menikah tidak hanya soal medis melainkan juga soal kesiapan mental dan emosional, serta kemampuan membangun komunikasi yang sehat dengan pasangan.

Endosister yang hidup dengan endometriosis bukan berarti tidak pantas dicintai atau tidak mampu membangun keluarga. Namun, endosister maupun pasangan harus memahami bahwa endometriosis bisa berdampak pada beberapa aspek hubungan:

  • Nyeri saat berhubungan intim (dyspareunia): Hal ini umum terjadi pada endosister. Bisa menyebabkan ketegangan dalam hubungan jika tidak dikomunikasikan dengan jujur.
  • Risiko tantangan kesuburan: Beberapa endosister bisa hamil secara alami, sementara yang lain mungkin membutuhkan bantuan medis seperti inseminasi atau IVF. Tapi ini tidak mutlak, setiap kasus berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda.
  • Kelelahan dan mood swing: Kombinasi hormonal dan nyeri kronis dapat memengaruhi emosi sehari-hari.

Namun kabar baiknya: dengan edukasi, komunikasi, dan penanganan medis yang tepat, banyak pasangan tetap bisa menjalani hubungan yang sehat dan penuh pengertian.

Apa yang Perlu Dikomunikasikan ke Pasangan?

Hubungan yang sehat bukan berarti bebas dari tantangan, tapi justru bisa tumbuh lewat empati dan keterbukaan. Berdasarkan panduan dari Endometriosis UK dan NCBI, berikut hal-hal penting yang bisa endosister komunikasikan ke pasangan:

  1. Penjelasan tentang endometriosis sebagai kondisi kronis.
    Banyak pasangan yang awalnya tidak tahu bahwa nyeri haid bisa “melumpuhkan” aktivitas. Edukasi dasar sangat penting sebagai langkah awal membangun empati.
  2. Siklus gejala dan dampaknya terhadap aktivitas.
    Jelaskan bahwa ada hari-hari di mana tubuh terasa lebih lelah atau tidak bisa berfungsi seperti biasa dan hal itu bukan terjadi karena malas, tapi karena gejala yang kambuh.
  3. Dampak terhadap intimasi.
    Bicara jujur soal nyeri saat berhubungan intim bukan hal mudah. Tapi justru ini yang bisa membuka ruang kompromi dan eksplorasi bentuk keintiman lainnya yang tidak menyakitkan.
  4. Kesuburan dan perencanaan keluarga.
    Jika memiliki anak adalah bagian dari rencana bersama, penting untuk membicarakan kemungkinan skenario dan opsi medis yang tersedia.

Sebuah studi dari jurnal BMC Women’s Health (2020) bahkan menunjukkan bahwa meskipun pasangan dari endosister juga mengalami tekanan emosional, banyak di antara mereka yang merasa hubungan justru menjadi lebih kuat karena tantangan ini dihadapi bersama. Kuncinya adalah dukungan, komunikasi terbuka, dan rasa saling menghargai.

Persiapan Medis Sebelum Menikah: Apa Saja yang Bisa Dilakukan?

Menikah sambil hidup dengan kondisi kronis seperti endometriosis bukan berarti masuk ke hubungan tanpa kendali. Justru dengan mengenali kondisi tubuh lebih dalam, endosister bisa membuat keputusan yang lebih sadar dan tenang. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai bagian dari “checklist kesiapan medis” sebelum menikah:

1. Konsultasi Teratur

Jika belum punya dokter yang menangani endometriosis secara konsisten, ini waktu yang tepat untuk mencari. Pastikan sister memahami kondisi diri seperti ukuran dan lokasi lesi atau kista, dampak nya terhadap kehidupan sehari-hari, serta risiko keparahan nya dikemudian hari. Konsultasi tidak harus menunggu gejala parah, memonitor kondisi justru bisa jadi momen untuk meninjau ulang rencana pengelolaan jangka panjang.

2. Manajemen Nyeri & Gaya Hidup

Kalau saat ini gejala masih sering mengganggu, bisa diskusikan ulang strategi manajemen nyeri:

  • Terapi hormonal (pil KB, agonis GnRH, IUD hormonal, dll)
  • Fisioterapi pelvis atau teknik relaksasi otot dasar panggul
  • Rekomendasi pola makan anti-inflamasi dan aktivitas fisik ringan

3. Diskusi Soal Fertilitas

Walaupun belum tentu langsung merencanakan kehamilan, konsultasi kesuburan bisa jadi langkah strategis. Termasuk:

  • Pemeriksaan cadangan ovarium (AMH), histerosalpingography (HSG), atau prosedur diagnosis kesuburan lain nya
  • Pemantauan ovulasi
  • Rencana jika suatu saat ingin mempertimbangkan IVF atau egg freezing

Banyak pasangan justru merasa lebih tenang setelah tahu opsi medis apa yang tersedia, dan kapan perlu mulai bergerak. Dengan manajemen yang baik, banyak endosister yang merasa lebih percaya diri dan siap memasuki fase hidup baru.

Kapan Sebaiknya Menunda Menikah?

Endosister tidak perlu “sembuh dulu” untuk bisa menikah. Tapi penting untuk jujur pada diri sendiri: apakah saat ini sedang dalam kondisi yang stabil secara fisik dan emosional? Beberapa alasan untuk mempertimbangkan menunda adalah:

  • Sedang mengalami kekambuhan berat atau baru menjalani prosedur medis
  • Merasa belum siap secara mental atau masih berjuang menerima kondisi tubuh sendiri
  • Belum sempat membangun komunikasi terbuka dengan pasangan soal kondisi ini

Menunda bukan berarti gagal. Justru itu bentuk tanggung jawab dan self-awareness yang penting untuk jangka panjang.

Sister Tetap Punya Hak untuk Bahagia

Endosister, ingat satu hal penting: kondisi kronis tidak mendefinisikan kelayakanmu untuk dicintai. Kamu tetap berhak membangun hubungan yang sehat, saling mendukung, dan penuh kasih dengan catatan bahwa kamu juga mengenal dan menerima dirimu sendiri terlebih dahulu.

Menikah dengan endometriosis memang mungkin membawa tantangan tambahan. Tapi bukan berarti itu tidak bisa dijalani. Justru, dengan komunikasi yang baik, pasangan yang suportif, dan perawatan yang tepat, banyak endosister yang bisa membangun kehidupan rumah tangga yang penuh makna.

Jadi, tidak perlu menunggu “sembuh total” untuk menjadi pantas dicintai.

Referensi

  • Culley L, Law C, Hudson N, Mitchell H, Denny E, Raine-Fenning N. A qualitative study of the impact of endometriosis on male partners. Hum Reprod. 2017 Aug 1;32(8):1667-1673. doi: 10.1093/humrep/dex221. PMID: 28637285; PMCID: PMC5850214.
  • U.S. National Library of Medicine. (2025, March 25). Endometriosis: Learn more – my partner has endometriosis – what does that mean for me?. InformedHealth.org [Internet]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279500/
  • Endometriosis and couples. Endometriosis UK. (n.d.-a). https://www.endometriosis-uk.org/endometriosis-and-couples
  • Sumber foto: manifeesto – stock.adobe.com

Tak Perlu Bingung Lagi!
Ukur Tingkat Kondisi Endometriosis Anda Disini