“Kok kamu gak coba hamil aja? Katanya endometriosis bisa sembuh kalau hamil, lho.”
“Ayo segera menikah dan hamil supaya sembuh nyeri haid nya!”
Endosisters, pernah dengar kalimat seperti itu? Atau bahkan mendengarnya terlalu sering? Mitos bahwa kehamilan bisa ‘menyembuhkan’ nyeri haid dan endometriosis memang sudah lama beredar. Tapi, yuk kita bahas dengan kepala dingin dan data ilmiah, apa benar endometriosis bisa sembuh kalau kita hamil?
Apa yang Terjadi Saat Hamil?
Selama kehamilan, tubuh mengalami perubahan hormonal besar dan salah satunya adalah peningkatan kadar progesteron dan penekanan ovulasi. Hal ini menyebabkan siklus menstruasi berhenti sementara. Karena gejala endometriosis banyak dipicu oleh fluktuasi hormon estrogen dan reaksi tubuh terhadap menstruasi (seperti peradangan dan kontraksi otot rahim), maka tidak heran kalau sebagian orang merasa gejalanya membaik saat hamil.
Progesteron yang meningkat secara alami selama kehamilan juga bersifat anti-proliferatif, artinya bisa memperlambat pertumbuhan lesi endometriosis, bahkan dalam beberapa kasus membuatnya menyusut. Ini yang kadang membuat gejala terasa “hilang” selama masa kehamilan.
Apa Kata Penelitian?
Beberapa studi menunjukkan bahwa kehamilan dapat mengurangi ukuran lesi pada beberapa pasien:
- Studi MRI oleh Millischer et al. (2019) menunjukkan adanya penurunan volume lesi endometriosis infiltratif dalam (DIE) setelah kehamilan, dari rata-rata 2.552 mm³ menjadi 1.708 mm³.
- Studi lainnya menemukan bahwa 54,3% pasien mengalami perbaikan gejala setelah kehamilan.
Namun, ini bukan cerita yang seragam untuk semua orang. Berdasarkan penelitian Mikhaleva et al. (2022), respons lesi endometriosis terhadap perubahan hormonal selama hamil sangat bergantung pada jenis dan lokasi lesi. Lesi superfisial atau yang berada di lapisan permukaan bisa mengalami regresi ringan, sementara lesi dalam (DIE) yang lebih agresif, atau endometrioma di ovarium, bisa saja mengecil—tapi juga bisa tetap bertahan bahkan membesar, tergantung individu.
Selain itu, meski nyeri haid berkurang karena tidak ada menstruasi, beberapa pasien tetap mengalami nyeri lainnya seperti nyeri di punggung bawah, perut, atau rektum akibat tekanan dari pertumbuhan rahim dan letak lesi. Jadi, kehamilan bukan jaminan gejala akan hilang total.
Setelah melahirkan, hormon perlahan kembali ke pola semula. Bila tidak menyusui atau setelah berhenti menyusui, menstruasi akan kembali, dan gejala endometriosis berpotensi kambuh. Beberapa studi menyebutkan bahwa dalam waktu 6–24 bulan postpartum, sebagian pasien mengalami kekambuhan gejala atau bahkan pertumbuhan kembali lesi.
Artinya, efek positif kehamilan terhadap endometriosis bersifat sementara dan sangat individual. Beberapa mungkin merasa lebih baik, sebagian lainnya tidak mengalami perubahan signifikan, bahkan ada yang justru merasa lebih buruk karena faktor postpartum seperti stres atau kurang tidur.
Kenapa Mitos Ini Berbahaya?
Menjawab mitos dengan fakta penting bukan cuma soal edukasi, tapi juga soal validasi pengalaman. Saat kita terus-menerus ditekan untuk “cepat hamil” demi mengobati endometriosis, kita bisa merasa bersalah atau tertekan jika belum atau tidak bisa punya anak.
Padahal kenyataannya:
- Tidak semua endosisters bisa hamil dengan mudah (karena endometriosis bisa memengaruhi kesuburan).
- Tidak semua yang hamil otomatis terbebas dari endometriosis.
- Menyembuhkan endometriosis bukan tanggung jawab kehamilan.
Jadi, Apa Solusinya?
Endometriosis butuh pendekatan yang komprehensif dan individual: dari manajemen nyeri, terapi hormon, terapi saraf, nutrisi, hingga operasi jika dibutuhkan. Kehamilan bukan pengganti pengobatan, dan keputusan untuk punya anak harus didasarkan pada kesiapan emosional dan fisik, bukan tekanan mitos.
Disiplin dalam pengobatan, perbaikan pola hidup, dan menjaga kesehatan mental menjadi kunci manajemen endometriosis yang optimal.
Referensi
- “pregnancy cures endometriosis” myth persists. NewsGP. (n.d.-a). https://www1.racgp.org.au/newsgp/clinical/pregnancy-cures-endometriosis-myth-persists
- Veyrié A, Netter A, Carcopino X, Miquel L, Agostini A, Courbiere B. Endometriosis and pregnancy: The illusion of recovery. PLoS One. 2022 Nov 3;17(11):e0272828. doi: 10.1371/journal.pone.0272828. PMID: 36327260; PMCID: PMC9632839.
- Millischer AE, Marcellin L, Santulli P, Maignien C, Bourdon M, Borghese B, Goffinet F, Chapron C. Magnetic resonance imaging presentation of deep infiltrating endometriosis nodules before and after pregnancy: A case series. PLoS One. 2019 Oct 4;14(10):e0223330. doi: 10.1371/journal.pone.0223330. PMID: 31584969; PMCID: PMC6777797.
- Alberico D, Somigliana E, Bracco B, Dhouha D, Roberto A, Mosconi P, Facchin F, Vercellini P. Potential benefits of pregnancy on endometriosis symptoms. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2018 Nov;230:182-187. doi: 10.1016/j.ejogrb.2018.08.576. Epub 2018 Aug 22. PMID: 30308401.