Kelola Stres, Kendalikan Endo: Bosen Gak Sih Disuruh Mengurangi Stres?

“Kurangi stres, ya!”
Kalimat ini sering banget kita dengar setiap kali curhat soal nyeri endometriosis. Rasanya klise banget, ya? Kadang malah bikin tambah kesal. Gimana bisa gak stres kalau tiap bulan harus jungkir balik karena nyeri, kembung, pendarahan, dan drama hormon lainnya?

Tapi, di balik kalimat sederhana itu, ternyata ada alasan medis yang kuat. Stres memang bukan penyebab endometriosis, tapi ia bisa jadi bensin yang memperbesar api peradangannya.

Kenapa Stres Bisa Memperparah Endometriosis?

Saat kita stres, tubuh kita secara otomatis mengaktifkan sistem “mode waspada” melalui kerja sama antara otak dan hormon. Dalam dunia medis, ini disebut sumbu HPA (Hypothalamic–Pituitary–Adrenal). Sumbu ini bertugas mengatur respons tubuh terhadap tekanan. Masalahnya, saat stres berlangsung terus-menerus, sistem ini bisa ikut “kacau”, menyebabkan produksi hormon dan zat peradangan jadi tidak seimbang.

Akibatnya?
Peradangan makin aktif, ambang nyeri jadi lebih rendah, dan tubuh jadi lebih sensitif terhadap rasa sakit—terutama pada area yang sudah mengalami gangguan seperti jaringan endometriosis.

Studi juga menunjukkan bahwa stres jangka panjang bisa mengubah cara otak memproses nyeri. Inilah sebabnya kenapa sebagian dari kita merasa nyeri makin parah saat sedang stres, cemas, atau burnout.

Penelitian Membuktikan: Nyeri dan Stres Saling Menguatkan

Dalam beberapa penelitian, pasien dengan endometriosis yang mengalami stres tinggi dilaporkan merasakan nyeri yang lebih berat dan lebih sering. Bahkan, flare-up bisa terjadi di luar siklus haid, terutama kalau kondisi mental sedang tidak stabil.

Kabar baiknya, penelitian juga menunjukkan bahwa strategi mengelola stres bisa benar-benar membantu mengurangi intensitas nyeri. Teknik seperti mindfulness, yoga, terapi kognitif-perilaku (CBT), bahkan latihan napas sederhana dapat memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan rasa nyeri harian. Studi oleh Kold et al. (2012) menunjukkan bahwa intervensi psikologis berbasis mindfulness dapat membantu mengurangi intensitas nyeri pada pasien endometriosis. Dalam studi tersebut, peserta melaporkan penurunan nyeri dan peningkatan kualitas hidup setelah mengikuti program mindfulness.

Mengelola Stres = Mengambil Kendali

Ini penting banget: mengelola stres bukan berarti kita diminta “jangan lebay” atau disuruh pasrah. Sebaliknya, ini adalah cara kita merebut kembali kendali atas tubuh dan hidup kita.

Nyeri endometriosis itu nyata. Stres karena hidup dengan kondisi ini juga nyata. Tapi kita juga punya kekuatan untuk membantu tubuh kita lebih tenang, lebih tangguh, dan lebih siap menghadapi flare-up berikutnya.

Kita gak harus langsung meditasi satu jam sehari atau ikut retret ke pegunungan. Mulai dari yang sederhana aja:

  • Luangkan 5 menit untuk tarik napas dalam dan buang perlahan.
  • Tulis jurnal kecil tentang rasa nyeri dan perasaanmu hari ini.
  • Bikin rutinitas mini yang bikin hati tenang, seperti nonton film kesukaan tiap Jumat malam.
  • Coba aplikasi mindfulness yang cocok dengan gaya hidupmu.
  • Jangan ragu curhat atau bergabung dengan support group seperti komunitas Endometriosis Indonesia.

Endosisters, Kita Bisa Belajar Menenangkan Badai

Endometriosis mungkin belum bisa disembuhkan, tapi kita bisa belajar berdamai dengannya sedikit demi sedikit. Mengelola stres bukan solusi tunggal, tapi ia adalah bagian penting dari perjalanan ini.

“Stres mungkin nggak bisa dihapus, tapi kita bisa belajar menenangkannya.”
Pelan-pelan, kita ajari tubuh kita untuk merasa aman lagi.

Referensi:

  • Reis FM, Coutinho LM, Vannuccini S, Luisi S, Petraglia F. Is Stress a Cause or a Consequence of Endometriosis? Reprod Sci. 2020 Jan;27(1):39-45. doi: 10.1007/s43032-019-00053-0. Epub 2020 Jan 6. PMID: 32046437.
  • Cuevas M, Flores I, Thompson KJ, Ramos-Ortolaza DL, Torres-Reveron A, Appleyard CB. Stress exacerbates endometriosis manifestations and inflammatory parameters in an animal model. Reprod Sci. 2012 Aug;19(8):851-62. doi: 10.1177/1933719112438443. Epub 2012 Apr 23. PMID: 22527982; PMCID: PMC4046310.
  • Mokhtari, T., Irandoost, E., & Sheikhbahaei, F. (2024). Stress, pain, anxiety, and depression in endometriosis–targeting glial activation and inflammation. International Immunopharmacology, 132, 111942. https://doi.org/10.1016/j.intimp.2024.111942
  • Kold, M., Hansen, T., Vedsted-Hansen, H., & Forman, A. (2012). Mindfulness-based psychological intervention for coping with pain in endometriosis. Nordic Psychology64(1), 2–16. https://doi.org/10.1080/19012276.2012.693727

Tak Perlu Bingung Lagi!
Ukur Tingkat Kondisi Endometriosis Anda Disini